29 May 2021

Dolan Ngopi di Sanggar Kopi Luwak | Sharing - Sruput - Seduluran

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Kopiost sekalian, kembali bersama saya Generasi Krupuk Gendar.

Saya sedang berada di tikungan terakhir di Dusun Darum, dusun dimana terdapat pintu masuk Wisata Candi Gedongsongo.

Dusun Darum, Gedongsongo berada di lereng selatan Gunung Ungaran di ketinggian sekitar 1200 mdpl. Selain terkenal karena wisata purbakalanya, Gedongsongo juga terkenal sebagai salah satu penghasil kopi Arabica Gunung Ungaran.

Nah,
Saya akan ngopi di sini, tepatnya di Sanggar Kopi Gedongsongo. Namun sebelumnya, saya tayangkan dulu cuplikan video pada puncak musim kopi tahun lalu yaitu pada bulan Agustus 2020.

Kopiost sekalian, Sanggar Kopi Gedongsongo terletak di gang terakhir sebelah kanan sebelum parkiran Wisata Gedongsongo.Lima puluh meter setelah masuk gang kita akan mendapati tulisan "DI SINI PUSAT BELI KOPI ARABIKA KHAS GEDONGSONGO".

Kita akan melewati gapura batu bata dan masuk melalui tangga menurun menuju ke Sanggar Kopi.
Terdapat 3 gasebo di sudut-sudut taman yang asri, dua di antaranya terlihat jelas dari jalan, sedangkan yang satu agak tersembunyi.

Sanggar Kopi Gedongsongo dikelola oleh Pak Slamet, pembudidaya kopi Arabica di bawah tegakan hutan Perhutani KPH Kedu Utara. Kebun kopi yang dikelola pak Slamet terletak di ketinggian 1300-1600 mdpl, sedangkan tempat pemrosesannya terletak di ketinggian 1249 mdpl.

Bulan Mei ini, Kopi Arabica Gedongsongo memasuki panen awalan. Buah kopi pada display tanaman di Sanggar Kopi sebagian terlihat memerah, demikian juga buah kopi yang ada di kebun. Jadi masa ini dilakukan pemanenan awal secara selektif.

Walaupun kualitas petik pada panen awal ini masih kurang baik dan kuantitasnya pun masih sedikit, pemanenan selektif tetap dilakukan agar tanaman tetap sehat. Selain itu, buah yang merah matang di pohon akan menjadi sasaran hama antara lain luwak dan bajing atau tupai, bila tidak dilakukan pemetikan. Sayang sekali kan?

Buah kopi atau cherry hasil panen dibawa ke tempat pemrosesan di Sanggar Kopi di bagian belakang. Pak Slamet membangun rumah pengeringan sederhana agar proses kopi dapat dilakukan dengan baik. Tahun lalu ini belum ada. Rumah pengeringan ini sangat penting karena cuaca di dataran tinggi yang sering berkabut berdampak pada proses pengolahan biji kopi. Ada tiga teknik pengolahan yang dilakukan oleh Sanggar Kopi yaitu honey, natural, dan fullwash. 
 
Menurut saya, pak Slamet adalah pelaku usaha kopi yang luar biasa. Dari mulai budidaya tanaman di kebun, pemanenan atau pemetikan, proses buah kopi atau cherry menjadi greenbeans atau kopi beras, sampai roasting dan pengemasan dilakukan oleh pak Slamet sendiri bersama keluarga.

Setiap prosesnya dilakukan dengan kontrol kualitas yang ketat dan teliti. Hasilnya adalah citarasa Kopi Arabica Gedongsongo yang khas dan konsisten.

Pada proses sortir yang saya lihat, selain memisahkan defect juga memisahkan peaberry atau kopi lanang yang akan dijual sebagai produk tersendiri. Proses pemilihan tangan seperti ini tentu saja membutuhkan ketelitian yang tinggi dan kesabaran.

Sebagian kulit buah kopi yang baik dikeringkan dan diolah menjadi Cascara.

Selain memasarkan produk dalam bentuk greenbeans, Sanggar Kopi juga memasarkan produk berupa roasted beans dan kopi bubuk. 

Untuk mendukung hal ini, Pak Slamet selaku pengelola Sanggar Kopi mengikuti Pelatihan dan Penyuluhan mengenai Keamanan Pangan dari Dinas Kesehatan dan telah mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan Rumah Tangga (SPP-IRT).  

#CoffeeAdventure #Kopiost #SanggarKopi #SanggarKopiGedongsongo #DolanNgopi #SharingSruputSeduluran #KopiArabika #ArabicaCoffee #KopiIndonesia #JavaCoffee #IndieJava #LowCost #KopiLuwak